pencarian
Selasa, 01 November 2011
Sabtu, 15 Oktober 2011
conto kata pengantar...
KATA PENGANTER
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat yang sang maha kuasa, ketak jupan jiwa memberi
hembusan nyawa dan ketenangan hidup penulis atas segala yang telah
dikaruniakan_NYA kepada penulis , semoga penulis selalu ingat bahwa syukur
penulishanyalah milik_NYA.Sholawat beserta salam senantiasa dihturkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad SWT atas rahmat seta ridhonya membawa kita
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang.
Atas
karunia Allah_lah penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul Upaya Peningkatan Kedisiplinan Siswa Dalam
Pembelajaran Melalui Strategi Poster Comen Pada kelas. V MI. Stono Semester
Genap. 2010/2011.
III. OUTLINE DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Pengesahan
Halaman Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masalah
B. Indentifikasi dan
Pembatasan Masalah
C. Rumusan Masalah dan
Cara Pemecahannya
D. Tujuan Penelitian
Tindakan Kelas
E. Konstribusi Hasil
Penelitian Tindakan Kelas
F. Sistematika
Pembahasan
Bab II : Landasan Teoritik, Telaah
Hasil Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis Tindakan
A. Landasan Teoritik
B. Telaah Hasil
Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berfikir
D. Pengajuan Hipotesis
Tindakan
Bab III : Metode Penelitian
A. Objek Tindakan Kelas
B.
Setting Penelitian dan Karakteristik
Subyek Penelitian Tindakan Kelas
C.
Variabel yang Diamati
D.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
1.
Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
Kelas Per Siklus
2.
Pelaksanaan Tindakan Kelas
3.
Pengamatan Tindakan Kelas
4.
Refleksi
E.
Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas
Bab IV : Hasil Penelitian
Tindakan Kelas
A.
Gambaran Singkat Setting Lokasi
Penelitian
B.
Penjelasan Per Siklus
C.
Proses Analisis Data Per Siklus
D.
Pembahasan
Bab V :
Penutup
A.
Simpulan
B.
Saran
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta
: PT Rineka Cipta, 1997)
Abdul Hasan. Evaluasi Pendidikan (Surabaya :
Al-Ihsan, 1993)
Ngalin Purwanto. Psikologi Pendidikan (Bandung : PT
Remaja Rosda Cipta)
Aboe Bakar Ajeh. Pengantar Ilmu Pendidikan (Solo :
Ramadani, 1998)
Ibrahim. Perencanaan Belajar (Jakarta : Bulan
Bintang, 1997)
Core Rohman. Psikologi Pendidikan (Jakarta : Inter
Masa, 2002)
- RENCANA BIAYA
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
|
1
|
Transport
|
Rp.
|
30.000
|
2
|
Rental dan pengetikan
|
Rp.
|
25.000
|
3
|
Administrasi
|
Rp.
|
15.000
|
4
|
Lain-lain
|
Rp.
|
50.000
|
Jumlah
|
Rp.
|
120.000
|
- CURRICULUM VITAE PENELITIAN
M. Ridwan Fauzi,
lahir di Oku 08 Juni 1990. pada tahun 2004 menamatkan MI Stono Ponorogo.
Kemudian 2004-2007 melanjutkan pendidikan di MTs Darul Huda Mayak. Tahun
2007-2010 menempuh pendidikan di MAN 1 Ponorogo dan saat ini masih menjalankan
pendidikan strata I Program Pendidikan Guru MI di STAIN Ponorogo sampai
sekarang. Penulis saat ini berdomisili di desa Patihan, Kabupaten Ponorogo.
Penulis pernah mengikuti berbagai seminar dan loka karya tentang masalah
pendidikan dan juga pernah mengikuti berbagai organisasi.
E.
Sistem Pembahasan
Bab I dalam
pembahasan ini adalah Pendahuluan, pendahuluan ini meliputi latar belakang
masalah, fertifikasi dan pembahasan masalah, rumusan masalah dan cara
pemecahan, tujuan penelitian tindakan kelas, kontribusi hasil tindakan kelas
dan sistematika pembahasan.
Bab II
dalam penelitian ini adalah landasan teori sebagai penjelas isi penelitian,
hal-hal yang dijelaskan dalam teori adalah pengertian ahlak tercela yang
meliputi ahlak tercela, pengertian strategi poster coment, ciri-ciri strategi
poster coment, kelebihan strategi poster coment.
Bab III
dalam alenia ini adalah strategi meliputi perencanaan pelaksanaan tindakan per
siklus, pelaksanaan tindakan kelas, pengamatan tindakan kelas dan refleksi.
Bab IV
dalam alenia ini adalah hasil penelitian tindakan kelas yang berisi gambaran
singkat, setting lokasi penelitian, penjelasan per siklus, proses analisis data
per siklus dan pembahasan.
Sedangkan
bab terakhir dalam alenia ini adalah penutup yang mencakup simpulan dan saran.
Minggu, 25 September 2011
pembelajaran fisika
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, sekolah menegah pertama (SMP)
merupakan bagian dari pendidikan dasar sembilan tahun. Pendidikan ini merupakan
kelanjutan pendidikan SD/MI dan merupakan pendidikan yang bersifat wajib. Sebagai
pendidikan yang bersifat strategis, maka pendidikan di SMP didasarkan pada peningkatan
mutu. Hal ini menunjukan adanya suatu tuntutan perubahan, salah satu contohnya adalah
perubahan evaluasi. Evaluasi dimaknai sebagai suatu kegiatan pengendalian dan penjaminan
mutu terhadap komponen-komponen pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Apabila suatu evaluasi pembelajaran dikaitkan dengan standar mutu, maka standar mutu
tersebut harus memiliki relevansi dengan proses pembelajaran (Vaidya, 1976), artinya
evaluasi yang berbasis pada sistem pengendalian dan penjaminan mutu harus terkait pula
dengan suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Oleh karena itu suatu
pembelajaran yang memasukkan standard mutu perlu didukung oleh alat evaluasi yang
bermutu khusunya untuk pembelajaran fisika di SMP.
Mata pelajaran Fisika yang berdiri sendiri, pertama kali di perkenalkan di SMP adalah
sebagai bagian dari IPA. Perlu diketahui bahwa siswa pada usia 15 tahun atau dapat
dikatakan pada saat siswa duduk di bangku SMP, mereka mulai merasakan bahwa konsepkonsep
fisika mulai sulit untuk dipahami, sehingga siswa sering merasa bosan untuk
mempelajarinya (Harding, 1972). Meskipun telah ditebitkan ratusan buku fisika yang setiap
buku bertujuan untuk menyempurnakan buku-buku sebelumnya, ternyata siswa masih saja
merasakan adanya kesulitan. Hal ini ditunjukan adanya hasil nilai Ujian Nasional untuk mata
pelajaran IPA yang relatif masih rendah.
Akibatnya, kesan yang membosankan dan sulit untuk mata pelajaran fisika akan
terbawa oleh siswa baik saat mereka mencari lapangan kerja maupun saat mereka
melanjutkan studi. Berdasarkan harapan dan kenyataan yang ada, maka dibutuhkanlah suatu
pembelajaran fisika yang memungkinkan atau yang dapat member peluang dapat
meningkatkan hasil belajar fisika yaitu melelui suatu pembelajaran yang berbasis pada
sistem pengendalian dan penjaminan mutu sebagai usaha untuk memperoleh hasil yang
maksimal.
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-122
Bedasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa beberapa permasalahan
yang harus dipecahkan. Permasalahan itu antara lain (1) adanya tuntutan perubahan suatu
pembelajaran fisika yang mempunyai relevansi dengan model evaluasi yang digunakan
bedasarkan perundan-undangan yang belaku. (2) Tuntutan adanya perubahan peningkatan
hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA-fisika. Dan (3) adanya tuntutan bahwa kita
harus dapat dan berhasil melaksanakan pembelajaran fisika yang berbasis pada pengendalian
dan penjaminan mutu dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA
Evaluasi hasil belajar merupakan penentuan taraf prestasi belajar siswa bedasarkan norma
atau kriteria tertentu (Winkel,1996). Di dalam UU Sisdiknas tahun 2003, evaluasi/penilaian
dapat diartikan sebagai kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap komponen
pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban
penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, jika pengertian tersebut diterapkan untuk menilai
suatu komponen pendidikan, khususnya untuk pembelajaran fisika, maka penilaian dapat
dipandang sebagai kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap hasil belajar fisika.
Meskipun tes tertulis tidak cukup untuk mengukur semua hasil yang penting dari suatu
pembelajaran di sekolah, khususnya di SMP, namun ujian yang dibuat oleh guru secara
cermat akan mengakses secara tepat pula terhadap sasaran atau tujuan yang akan dicapai.
Hal ini memberi gambaran bahwa untuk memperoleh bentuk penilaian yang baik
dibutuhkan perencanaan yang baik pula. Pertanyaannya adalah mengapa hal itu dibutuhkan ?
Pemikiran tersebut menunjukan kepada kita bahwa untuk menunjang suatu penilaian maka
diperlukan suatu alat penilaian yang baik, yaitu berbentuk tes. Dibutuhkannya alat penilaian
yang baik karena kebijakan pembelajaran di SMP selalu membutuhkan alat penilaian yang
diperoleh melalui kuis atau ujian sehingga alat penilaian yang dangkal atau yang kualitasnya
rendah dapat menyebabkan siswa cenderung ke arah yang kurang penting dalam memahami
konsep-konsep fisika. Oleh karena itu, dibutuhkan bentuk tes yang memenuhi standar mutu
dan mencakup pemahaman konsep yang lebih luas.
Berikut ini disajikan suatu contoh pengembangan evaluasi yang akan dikaitan dengan
pengembangan pembelajaran fisika yaitu suatu evaluasi yang berbasis pada dimensi
pengetahuan dan taksonomi. Dimensi pengetahuan terdiri atas empat tipe pengetahuan, yaitu
: (1 )faktual , (2) konseptual, (3) procedural, (4) metakognitif. Keempat tipe pengetahuan ini
dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman atau tuntunan dalam menentukan apa yang
harus diajarkan pada siswa (Anderson,2001). Tipe-tipe pengetahuan tersebut dapat dikaitkan
atau di masukkan dalam dimensi taksonomi. Dimensi taksonomi tersebut terdiri atas
kemampuan: (1) mengingat, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) evaluasi, dan (6)
mencipta. Klasifikasi dimensi pengetahuan kaitannya dengan dimensi taksonomi akan
diperoleh tabel klasifikasi sebagai berikut.
Dimensi
Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
mengingat memahami aplikasi analisis evaluasi mencipta
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
Dimensi kognitif merupakan bagian dari dimensi taksonomi. Bedasarkan tabel tersebut,
proses kogniktif yang diterima oleh siswa, dapat dikembangkan dengan cara mengkaitkan ke
dalam dimensi pengetahuan, sehingga cakupan dari proses kogniktif akan menjadi lebih luas
atau menjadi lebih berkembang.
Sebagai contoh, kita dapat membuat soal aplikasi yang melibatkan dimensi pengetahuan
mulai dari pengetahuan faktual sampai dengan metakognitif, sehingga diperolah 4 tipe soal.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009
S-123
Bedasarkan tabel secara keseluruhan kita dapat mengembangkan 24 tipe soal yang berbasis
pada dimensi pengetahuan dan dimensi proses kogniktif.
PEMBELAJARN FISIKA di SMP
Sekolah Menengah Pertama sebagai pendidikan yang wajib untuk semua warga Negara
Republik Indonesia, lulusan SMP dapat melanjutkan ke pendidikan menengah atau dapat
pula memasuki lapangan kerja. Kemudian melalui kegiatan pembelajaran fisika ini,
diperkenalkan keteraturan alam, yang memungkinkan siswa dapat menjelaskan berbagai
fenomena dan dapat memahami berbagai alat percobaan yang digunakan untuk mengamati
dan mengukur fenomena fisis.
Dulfer (1988), telah membandingkan antara pembelajaran fisika di Indonesia dengan
Negara-negara di Afrika Selatan. Ternyata persoalannya jauh lebih rumit, tetapi ada juga halhal
yang mirip. Perbedaan ini disebabkan adanya keterbatasan dalam sarana pembelajaran
khususnya sarana yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, Aron (1983)
menyatakan bahwa banyak sekolah tidak mengajarkan siswa untuk berpikir melalui kegiatan
praktis, melainkan hanya disajikan rumus secara otomatis dalam memecahkan masalah.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian (Driver, 1985) bahwa siswa yang mampu
memecahkan masalah dalam bentuk tes tertulis, sering menggunakan gagasan intuisi mereka
ketika dihadapkan pada pemecahan masalah-masalah praktis. Pertanyaan yang muncul
adalah kapan siswa siswa mulai mengalami kesulitan belajar fisika. Bedasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah fisika baik itu masalah yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.
Lewis (1972) mengemukakan bahwa siswa pada usia 15 tahun yang rata-rata duduk di
kelas VIII dan IX ternyata mulai mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Artinya,
hanya siswa di sekolah dasar pada umumnya yang merasakan adanya pembelajaran IPAFisika
yang bermakna dan menyenangkan.
Kesulitan itu juga muncul ketika siswa SMP mengikuti ujian nasional untuk mata
pelajaran IPA pada khususnya. Rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional untuk mata pelajaran
IPA tahun 2008 adalah 5,74 (Depdiknas,2008). Artinya nilai hasil belajar rata-rata untuk
siswa yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan masih relatif rendah,
apalagi jika dibandingkan dengan dengan nilai standar yang ditetapkan sekolah.
Mutu pembelajaran fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari input, proses
pembelajaran, dan output. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah
keadaan awal dari siswa dan prakonsepsi fisika yang dimilki oleh siswa. Proses
pembelajaran banyak dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya
output pembelajaran merupakan hasil prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peningkatan
mutu pembelajaran dapat dilakukan melalui peningkatan mutu prakonsepsi siswa dan
peningkatan mutu dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran fisika yang berbasis
pada pengendalian dan penjaminan mutu. Sistem pembelajaran tersebut diharapkan dapat
meningkatakan mutu pembelajaran siswa.
HAKEKAT MUTU
Minat yang besar baru-baru ini telah diperlihatkan di kalangan pendidikan seperti
yang terjadi pada sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi tertentu terhadap
internasional standard organization (ISO) yang memiliki equivalen dengan british standard
(BS) sertifikasi ini digunakan sebagai symbol mutu suatu produk , sehingga mutu tersebut
harus dibangun di dalam suatu sistem dan prosedur suatu organisasi. Karena lembaga
pendidikan merupakan sutu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, maka
lembaga tersebut berusaha untuk memasukkan sertifikasi iso ke dalamnya, meskipun
sertifikasi iso kurang menyentuh langsung dalam sistem pembelajaran, namun kita dapat
menerapkan dan mengembangkannya dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
fisika.
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-124
Oleh karena penerapan ISO merupakan sesuatu yang baru dalam pendidikan dengan
siswa sebagai pelanggan, maka guru lebih berperan sebagai pemberi layanan. Pengertian
tentang istilah mutu dapat digunakan sebagai konsep absolut maupun konsep relatif.Di dalam
pengertian absolut segala sesuatu diukur dengan standard tertinggi atau dapat dikatakan tidak
dapat dilampaui.
Konsep relatif tentang mutu, biasa digunakan sebagai TQM (Total Quality
Management ). Oleh karena itu pengertian mutu sebagai konsep relatif memandang bahwa
mutu lebih terkait dengan produk atau layanan, artinya mutu dapat dinilai ketika sebuah
barang atau layanan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (sesuai tujuan) dan memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Mutu bagi pelanggan meliputi kendali mutu, jaminan mutu, dan mutu total.Kendali
mutu melibatkan deteksi dan eliminasi komponen- komponen atau produk- produk yang
tidak memenuhi standard .Ini merupakan metode untuk menjamin mutu, Di dalam
pembelajaran metode yang biasa digunakan adalah test. Test digunakan untuk menentukan
apakah standard- standard mutu dalam pembelajaran terpenuhi.
Jaminan mutu dirancang di dalam proses sebagai upaya untuk menjamin produk
yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan lebih dulu, sedangkan mutu total
mencakup jaminan mutu, memperluas dan mengembangkannya, oleh karena itu TQM
menciptakan suatu kultur mutu yang dapat digunakan untuk menyenangkan pelanggan dan
memandang pelanggan adalah raja. Berdasarkan informasi tersebut dapat dijelaskan bahwa
unsur – unsur yang berkaitan dengan mutu dapat meliputi inspeksi – kendali mutu, jaminan
mutu, deteksi pencegahan dan peningkatan hasil.
PENERAPAN STANDAR MUTU
Suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu dibutuhkan guru yang
mampu menganalisis tentang kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, materi
pembelajran dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas. Oleh karena itu
guru memiliki kewajiban untuk membuat siswa sadar akan adanya berbagai metode
pembelajaran yang dapat memberi peluang kepada siswa untuk mencoba berbagai metode
tersebut. Guru harus menyadari bahwa banyak siswa menyukai metode-metode pembelajaran
yang bersifat campuran, sehingga model pembelajaran harus memiliki sifat fleksibel.
Penerapan standar mutu dalam pembelajaran fisika di SMP dapat digunakan sebagai
penggerak awal suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Banyak tugas atau
pekerjaan yang harus dilakukan oleh komponen lembaga pendidikan khususnya guru
tentang bagaimana menerapakan standar mutu dalam pembelajran di kelas. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan guru untuk menyusun model pembelajaran yang berbasis
standar mutu aalah: (1) siswa dan guru menentukan tujuan untuk menentukan target minimal
yang harus dicapai. (2) menentukan langkah-langkah agar dapat mencapai tujuan tersebut.
(3) menentukan sumber-sumber yang diperlukan. (4) menentukan tindakan agar siswa
termotivasi untuk belajar. (5) Guru memantau untuk menentukan peta kemajuan siswa dalam
setiap tahap kegiatan. (6) tindakan korektif yang tepat agar tidak terjadi kegagalan. (7)
membuat rangkaian umpan balik untuk menjamin mutu. (8) evaluasi terhadap proses
pembelajaran pada setiap tahapan atau setiap proses pembelajaran. Bedasarkan langkahlangkah
tersebut maka dapat disajikan bagan suatu pembelajaran yang berbasis pada
pengendalian dan penjaminan mutu seperti berikut:
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009
S-125
BAGAN PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS Pada STANDARD MUTU
Keterangan :
PBM 1 : Proses pembelajaran untuk pokok bahasan 1
PBM 2 : Proses pembelajaran untuk pokok bahasan 2
LPT : Layanan pembelajaran tambahan
Berdasarkan bagan tersebut maka proses pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan
cara memberi tes formatif pada akhir kegiatan pembelajaran untuk satu pokok bahasan dan
pada akhir kegiatan praktikum untuk setiap satuan topik praktikum. Pemberian tes ini
dimaksudkan sebagai seleksi atau sebagai kontrol untuk memperolah penjaminan mutu
artinya siswa yang memiliki nilai minimal yang sesuai sengan standar yang ditetapkan maka
dapat dikatakan siswa tersebut masuk dalam penjaminan mutu. Bagi siswa yang tidak lolos
seleksi dapat dilayani guru melalui pelayanan pembelajaran tambahan seperti tugas membaca
modul pembelajaran atau diberi tugas untuk membaca atau belajar dari suatu bahan ajar yang
telah disiapkan guru dalam bentuk lembar kerja atau LKS. Kemudian untuk kegiatan
praktikum bagi siswa yang tidak lolos seleksi diminta untuk mengulangi kegiatan praktikum.
Model tersebut akan memberi informasi seawal mungkin tentang kemajuan siswa
sehingga diperoleh informasi yang tepat untuk siswa mana yang masuk jaminan mutu dan
siswa mana saja yang masih membutuhkan layanan untuk mencapai satandar minimal yang
diinginkan.
Selanjutnya tes sumatif digunakan untuk mengetahui hasil belajar akhir setelah beberapa
pokok bahasan diselesaikan. Hasil tersebut tentu saja harus melalui pengendalian mutu,
seleksi, penjaminan mutu dan akhirnya akan diperoleh suatu peningkatan (Edward,Sallish,
1993). Jika pendidikan dipandang sebagai proses belajar, dan standar mutu akan dimasukkan
di dalamnya, maka standar mutu tersebut harus memilki relevansi. Hal ini adanya tuntutan
suatu lembaga yang biasanya diminta melakukan lebih banyak dengan input yang lebih
sedikit. Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu menfokuskan perhatian kepada aktivitas
utama yaitu proses pembelajaran yang bermutu (Langford dan Cleary, 1996).
PENUTUP
Apabila lembaga pendidikan menginginkan peningkatan hasil belajar fisika maka
lembaga pendidikan khususnya guru perlu memiliki keberanian untuk melakukan perubahanperubahan.
Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan suatu pembelajaran fisika yang
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-126
mempunyai relevansi dengan pengertian evaluasi yang tertulis dalam undang-undang yaitu
evaluasi yang berbasis pada penjaminan dan pengendalian mutu. Selanjutnya diharapkan
guru dapat melaksanakan proses pembelajaran termasuk evaluasi di dalamnya yang berbasis
pada pengendalian dan penjaminan mutu. Kemudian guru diharapkan dapat berhasil
mengantarkan siswa dalam belajar fisika sesuai standar minimal yang ditentukan melalui
proses pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Meskipun sistem pembelajaran
yang berbasis pada standar mutu memberi peluang yang besar dalam pencapaian hasil belajar
siswa, sistem pembelajaran ini akan menghadapi beberapa kendala, sebagai contoh: dalam
sistem pembelajaran ini setiap kelas minimal dibutuhkan dua guru fisika untuk mengelola
kelas jaminan mutu dan kelas layanan pembelajaran tambahan dan ruang kelas tambahan
yang akan digunakan sebagai kelas layanan tambahan.
Berdasarkan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, sekolah menegah pertama (SMP)
merupakan bagian dari pendidikan dasar sembilan tahun. Pendidikan ini merupakan
kelanjutan pendidikan SD/MI dan merupakan pendidikan yang bersifat wajib. Sebagai
pendidikan yang bersifat strategis, maka pendidikan di SMP didasarkan pada peningkatan
mutu. Hal ini menunjukan adanya suatu tuntutan perubahan, salah satu contohnya adalah
perubahan evaluasi. Evaluasi dimaknai sebagai suatu kegiatan pengendalian dan penjaminan
mutu terhadap komponen-komponen pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Apabila suatu evaluasi pembelajaran dikaitkan dengan standar mutu, maka standar mutu
tersebut harus memiliki relevansi dengan proses pembelajaran (Vaidya, 1976), artinya
evaluasi yang berbasis pada sistem pengendalian dan penjaminan mutu harus terkait pula
dengan suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Oleh karena itu suatu
pembelajaran yang memasukkan standard mutu perlu didukung oleh alat evaluasi yang
bermutu khusunya untuk pembelajaran fisika di SMP.
Mata pelajaran Fisika yang berdiri sendiri, pertama kali di perkenalkan di SMP adalah
sebagai bagian dari IPA. Perlu diketahui bahwa siswa pada usia 15 tahun atau dapat
dikatakan pada saat siswa duduk di bangku SMP, mereka mulai merasakan bahwa konsepkonsep
fisika mulai sulit untuk dipahami, sehingga siswa sering merasa bosan untuk
mempelajarinya (Harding, 1972). Meskipun telah ditebitkan ratusan buku fisika yang setiap
buku bertujuan untuk menyempurnakan buku-buku sebelumnya, ternyata siswa masih saja
merasakan adanya kesulitan. Hal ini ditunjukan adanya hasil nilai Ujian Nasional untuk mata
pelajaran IPA yang relatif masih rendah.
Akibatnya, kesan yang membosankan dan sulit untuk mata pelajaran fisika akan
terbawa oleh siswa baik saat mereka mencari lapangan kerja maupun saat mereka
melanjutkan studi. Berdasarkan harapan dan kenyataan yang ada, maka dibutuhkanlah suatu
pembelajaran fisika yang memungkinkan atau yang dapat member peluang dapat
meningkatkan hasil belajar fisika yaitu melelui suatu pembelajaran yang berbasis pada
sistem pengendalian dan penjaminan mutu sebagai usaha untuk memperoleh hasil yang
maksimal.
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-122
Bedasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa beberapa permasalahan
yang harus dipecahkan. Permasalahan itu antara lain (1) adanya tuntutan perubahan suatu
pembelajaran fisika yang mempunyai relevansi dengan model evaluasi yang digunakan
bedasarkan perundan-undangan yang belaku. (2) Tuntutan adanya perubahan peningkatan
hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA-fisika. Dan (3) adanya tuntutan bahwa kita
harus dapat dan berhasil melaksanakan pembelajaran fisika yang berbasis pada pengendalian
dan penjaminan mutu dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA
Evaluasi hasil belajar merupakan penentuan taraf prestasi belajar siswa bedasarkan norma
atau kriteria tertentu (Winkel,1996). Di dalam UU Sisdiknas tahun 2003, evaluasi/penilaian
dapat diartikan sebagai kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap komponen
pendidikan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban
penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, jika pengertian tersebut diterapkan untuk menilai
suatu komponen pendidikan, khususnya untuk pembelajaran fisika, maka penilaian dapat
dipandang sebagai kegiatan pengendalian dan penjaminan mutu terhadap hasil belajar fisika.
Meskipun tes tertulis tidak cukup untuk mengukur semua hasil yang penting dari suatu
pembelajaran di sekolah, khususnya di SMP, namun ujian yang dibuat oleh guru secara
cermat akan mengakses secara tepat pula terhadap sasaran atau tujuan yang akan dicapai.
Hal ini memberi gambaran bahwa untuk memperoleh bentuk penilaian yang baik
dibutuhkan perencanaan yang baik pula. Pertanyaannya adalah mengapa hal itu dibutuhkan ?
Pemikiran tersebut menunjukan kepada kita bahwa untuk menunjang suatu penilaian maka
diperlukan suatu alat penilaian yang baik, yaitu berbentuk tes. Dibutuhkannya alat penilaian
yang baik karena kebijakan pembelajaran di SMP selalu membutuhkan alat penilaian yang
diperoleh melalui kuis atau ujian sehingga alat penilaian yang dangkal atau yang kualitasnya
rendah dapat menyebabkan siswa cenderung ke arah yang kurang penting dalam memahami
konsep-konsep fisika. Oleh karena itu, dibutuhkan bentuk tes yang memenuhi standar mutu
dan mencakup pemahaman konsep yang lebih luas.
Berikut ini disajikan suatu contoh pengembangan evaluasi yang akan dikaitan dengan
pengembangan pembelajaran fisika yaitu suatu evaluasi yang berbasis pada dimensi
pengetahuan dan taksonomi. Dimensi pengetahuan terdiri atas empat tipe pengetahuan, yaitu
: (1 )faktual , (2) konseptual, (3) procedural, (4) metakognitif. Keempat tipe pengetahuan ini
dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman atau tuntunan dalam menentukan apa yang
harus diajarkan pada siswa (Anderson,2001). Tipe-tipe pengetahuan tersebut dapat dikaitkan
atau di masukkan dalam dimensi taksonomi. Dimensi taksonomi tersebut terdiri atas
kemampuan: (1) mengingat, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) evaluasi, dan (6)
mencipta. Klasifikasi dimensi pengetahuan kaitannya dengan dimensi taksonomi akan
diperoleh tabel klasifikasi sebagai berikut.
Dimensi
Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif
mengingat memahami aplikasi analisis evaluasi mencipta
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
Dimensi kognitif merupakan bagian dari dimensi taksonomi. Bedasarkan tabel tersebut,
proses kogniktif yang diterima oleh siswa, dapat dikembangkan dengan cara mengkaitkan ke
dalam dimensi pengetahuan, sehingga cakupan dari proses kogniktif akan menjadi lebih luas
atau menjadi lebih berkembang.
Sebagai contoh, kita dapat membuat soal aplikasi yang melibatkan dimensi pengetahuan
mulai dari pengetahuan faktual sampai dengan metakognitif, sehingga diperolah 4 tipe soal.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009
S-123
Bedasarkan tabel secara keseluruhan kita dapat mengembangkan 24 tipe soal yang berbasis
pada dimensi pengetahuan dan dimensi proses kogniktif.
PEMBELAJARN FISIKA di SMP
Sekolah Menengah Pertama sebagai pendidikan yang wajib untuk semua warga Negara
Republik Indonesia, lulusan SMP dapat melanjutkan ke pendidikan menengah atau dapat
pula memasuki lapangan kerja. Kemudian melalui kegiatan pembelajaran fisika ini,
diperkenalkan keteraturan alam, yang memungkinkan siswa dapat menjelaskan berbagai
fenomena dan dapat memahami berbagai alat percobaan yang digunakan untuk mengamati
dan mengukur fenomena fisis.
Dulfer (1988), telah membandingkan antara pembelajaran fisika di Indonesia dengan
Negara-negara di Afrika Selatan. Ternyata persoalannya jauh lebih rumit, tetapi ada juga halhal
yang mirip. Perbedaan ini disebabkan adanya keterbatasan dalam sarana pembelajaran
khususnya sarana yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, Aron (1983)
menyatakan bahwa banyak sekolah tidak mengajarkan siswa untuk berpikir melalui kegiatan
praktis, melainkan hanya disajikan rumus secara otomatis dalam memecahkan masalah.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian (Driver, 1985) bahwa siswa yang mampu
memecahkan masalah dalam bentuk tes tertulis, sering menggunakan gagasan intuisi mereka
ketika dihadapkan pada pemecahan masalah-masalah praktis. Pertanyaan yang muncul
adalah kapan siswa siswa mulai mengalami kesulitan belajar fisika. Bedasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah fisika baik itu masalah yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.
Lewis (1972) mengemukakan bahwa siswa pada usia 15 tahun yang rata-rata duduk di
kelas VIII dan IX ternyata mulai mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Artinya,
hanya siswa di sekolah dasar pada umumnya yang merasakan adanya pembelajaran IPAFisika
yang bermakna dan menyenangkan.
Kesulitan itu juga muncul ketika siswa SMP mengikuti ujian nasional untuk mata
pelajaran IPA pada khususnya. Rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional untuk mata pelajaran
IPA tahun 2008 adalah 5,74 (Depdiknas,2008). Artinya nilai hasil belajar rata-rata untuk
siswa yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan masih relatif rendah,
apalagi jika dibandingkan dengan dengan nilai standar yang ditetapkan sekolah.
Mutu pembelajaran fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari input, proses
pembelajaran, dan output. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah
keadaan awal dari siswa dan prakonsepsi fisika yang dimilki oleh siswa. Proses
pembelajaran banyak dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya
output pembelajaran merupakan hasil prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peningkatan
mutu pembelajaran dapat dilakukan melalui peningkatan mutu prakonsepsi siswa dan
peningkatan mutu dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran fisika yang berbasis
pada pengendalian dan penjaminan mutu. Sistem pembelajaran tersebut diharapkan dapat
meningkatakan mutu pembelajaran siswa.
HAKEKAT MUTU
Minat yang besar baru-baru ini telah diperlihatkan di kalangan pendidikan seperti
yang terjadi pada sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi tertentu terhadap
internasional standard organization (ISO) yang memiliki equivalen dengan british standard
(BS) sertifikasi ini digunakan sebagai symbol mutu suatu produk , sehingga mutu tersebut
harus dibangun di dalam suatu sistem dan prosedur suatu organisasi. Karena lembaga
pendidikan merupakan sutu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, maka
lembaga tersebut berusaha untuk memasukkan sertifikasi iso ke dalamnya, meskipun
sertifikasi iso kurang menyentuh langsung dalam sistem pembelajaran, namun kita dapat
menerapkan dan mengembangkannya dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
fisika.
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-124
Oleh karena penerapan ISO merupakan sesuatu yang baru dalam pendidikan dengan
siswa sebagai pelanggan, maka guru lebih berperan sebagai pemberi layanan. Pengertian
tentang istilah mutu dapat digunakan sebagai konsep absolut maupun konsep relatif.Di dalam
pengertian absolut segala sesuatu diukur dengan standard tertinggi atau dapat dikatakan tidak
dapat dilampaui.
Konsep relatif tentang mutu, biasa digunakan sebagai TQM (Total Quality
Management ). Oleh karena itu pengertian mutu sebagai konsep relatif memandang bahwa
mutu lebih terkait dengan produk atau layanan, artinya mutu dapat dinilai ketika sebuah
barang atau layanan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (sesuai tujuan) dan memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Mutu bagi pelanggan meliputi kendali mutu, jaminan mutu, dan mutu total.Kendali
mutu melibatkan deteksi dan eliminasi komponen- komponen atau produk- produk yang
tidak memenuhi standard .Ini merupakan metode untuk menjamin mutu, Di dalam
pembelajaran metode yang biasa digunakan adalah test. Test digunakan untuk menentukan
apakah standard- standard mutu dalam pembelajaran terpenuhi.
Jaminan mutu dirancang di dalam proses sebagai upaya untuk menjamin produk
yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan lebih dulu, sedangkan mutu total
mencakup jaminan mutu, memperluas dan mengembangkannya, oleh karena itu TQM
menciptakan suatu kultur mutu yang dapat digunakan untuk menyenangkan pelanggan dan
memandang pelanggan adalah raja. Berdasarkan informasi tersebut dapat dijelaskan bahwa
unsur – unsur yang berkaitan dengan mutu dapat meliputi inspeksi – kendali mutu, jaminan
mutu, deteksi pencegahan dan peningkatan hasil.
PENERAPAN STANDAR MUTU
Suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu dibutuhkan guru yang
mampu menganalisis tentang kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, materi
pembelajran dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas. Oleh karena itu
guru memiliki kewajiban untuk membuat siswa sadar akan adanya berbagai metode
pembelajaran yang dapat memberi peluang kepada siswa untuk mencoba berbagai metode
tersebut. Guru harus menyadari bahwa banyak siswa menyukai metode-metode pembelajaran
yang bersifat campuran, sehingga model pembelajaran harus memiliki sifat fleksibel.
Penerapan standar mutu dalam pembelajaran fisika di SMP dapat digunakan sebagai
penggerak awal suatu pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Banyak tugas atau
pekerjaan yang harus dilakukan oleh komponen lembaga pendidikan khususnya guru
tentang bagaimana menerapakan standar mutu dalam pembelajran di kelas. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan guru untuk menyusun model pembelajaran yang berbasis
standar mutu aalah: (1) siswa dan guru menentukan tujuan untuk menentukan target minimal
yang harus dicapai. (2) menentukan langkah-langkah agar dapat mencapai tujuan tersebut.
(3) menentukan sumber-sumber yang diperlukan. (4) menentukan tindakan agar siswa
termotivasi untuk belajar. (5) Guru memantau untuk menentukan peta kemajuan siswa dalam
setiap tahap kegiatan. (6) tindakan korektif yang tepat agar tidak terjadi kegagalan. (7)
membuat rangkaian umpan balik untuk menjamin mutu. (8) evaluasi terhadap proses
pembelajaran pada setiap tahapan atau setiap proses pembelajaran. Bedasarkan langkahlangkah
tersebut maka dapat disajikan bagan suatu pembelajaran yang berbasis pada
pengendalian dan penjaminan mutu seperti berikut:
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009
S-125
BAGAN PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS Pada STANDARD MUTU
Keterangan :
PBM 1 : Proses pembelajaran untuk pokok bahasan 1
PBM 2 : Proses pembelajaran untuk pokok bahasan 2
LPT : Layanan pembelajaran tambahan
Berdasarkan bagan tersebut maka proses pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan
cara memberi tes formatif pada akhir kegiatan pembelajaran untuk satu pokok bahasan dan
pada akhir kegiatan praktikum untuk setiap satuan topik praktikum. Pemberian tes ini
dimaksudkan sebagai seleksi atau sebagai kontrol untuk memperolah penjaminan mutu
artinya siswa yang memiliki nilai minimal yang sesuai sengan standar yang ditetapkan maka
dapat dikatakan siswa tersebut masuk dalam penjaminan mutu. Bagi siswa yang tidak lolos
seleksi dapat dilayani guru melalui pelayanan pembelajaran tambahan seperti tugas membaca
modul pembelajaran atau diberi tugas untuk membaca atau belajar dari suatu bahan ajar yang
telah disiapkan guru dalam bentuk lembar kerja atau LKS. Kemudian untuk kegiatan
praktikum bagi siswa yang tidak lolos seleksi diminta untuk mengulangi kegiatan praktikum.
Model tersebut akan memberi informasi seawal mungkin tentang kemajuan siswa
sehingga diperoleh informasi yang tepat untuk siswa mana yang masuk jaminan mutu dan
siswa mana saja yang masih membutuhkan layanan untuk mencapai satandar minimal yang
diinginkan.
Selanjutnya tes sumatif digunakan untuk mengetahui hasil belajar akhir setelah beberapa
pokok bahasan diselesaikan. Hasil tersebut tentu saja harus melalui pengendalian mutu,
seleksi, penjaminan mutu dan akhirnya akan diperoleh suatu peningkatan (Edward,Sallish,
1993). Jika pendidikan dipandang sebagai proses belajar, dan standar mutu akan dimasukkan
di dalamnya, maka standar mutu tersebut harus memilki relevansi. Hal ini adanya tuntutan
suatu lembaga yang biasanya diminta melakukan lebih banyak dengan input yang lebih
sedikit. Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu menfokuskan perhatian kepada aktivitas
utama yaitu proses pembelajaran yang bermutu (Langford dan Cleary, 1996).
PENUTUP
Apabila lembaga pendidikan menginginkan peningkatan hasil belajar fisika maka
lembaga pendidikan khususnya guru perlu memiliki keberanian untuk melakukan perubahanperubahan.
Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan suatu pembelajaran fisika yang
Subroto/Pembelajaran IPA di SMP
S-126
mempunyai relevansi dengan pengertian evaluasi yang tertulis dalam undang-undang yaitu
evaluasi yang berbasis pada penjaminan dan pengendalian mutu. Selanjutnya diharapkan
guru dapat melaksanakan proses pembelajaran termasuk evaluasi di dalamnya yang berbasis
pada pengendalian dan penjaminan mutu. Kemudian guru diharapkan dapat berhasil
mengantarkan siswa dalam belajar fisika sesuai standar minimal yang ditentukan melalui
proses pembelajaran yang berbasis pada standar mutu. Meskipun sistem pembelajaran
yang berbasis pada standar mutu memberi peluang yang besar dalam pencapaian hasil belajar
siswa, sistem pembelajaran ini akan menghadapi beberapa kendala, sebagai contoh: dalam
sistem pembelajaran ini setiap kelas minimal dibutuhkan dua guru fisika untuk mengelola
kelas jaminan mutu dan kelas layanan pembelajaran tambahan dan ruang kelas tambahan
yang akan digunakan sebagai kelas layanan tambahan.
Sabtu, 20 Agustus 2011
makalah
Nama : Wahyu Andini
Kelas : IX B
No absent : 37
TILANG
Pada sore itu,aku dan sepupuku berencana untuk membeli jam tangan.Setiba di toko itu kami memilih-milih jam tangan.Kami bingung sendiri karena di toko tersebut tidak hanya menjual jam tangan saja tetapi banyak yang lainya seperti baju,sepatu,dan masih banyak lagi.
“Kak, jam tangan ini bagus sekali bukan?”Tanya Lia sepupuku.
“Iya,tetapi jam tangan ini tren tahun lalu dek!”jawab ku sambil melihat lihat jam tangan yang lain.
“Iya juga ya,bagaimana kalau yang ini mbak?” tanya Lia .
“Bagus,sih tetapi warnanya tidak cocok untukmu,cari saja warna gelap!”ujar ku.
Setelah memilih jam tangan akhirnya kami menemukan jam tangan yang cocok.Sehabis dari toko tersebut kami pulang.
“Dek, kita lewat rumah sakit darmayu saja ya,agar tidak ketahuan polisi.”ujar ku.
“Jangan mbak,disana ramai sekali ,Kita lewat pasar sangga langit saja.”kata Lia.
“Ya,sudah kalai begitu.”
Akhirmya kami memilih melewati pasar sangga langit.Saat lampu merah menyala,kami berhenti,mobil-mobil yang berhenti membuat motor kami berada pada urutan yang paling belakang.Dan saat lampu hijau menyala aku belum sempat berjalan ,lampu merah sudah menyala dan pada waktu itu aku tidak tahu,padahal sepupuku sudah mengingatkan kalau lampu merah menyala kembali tetapi aku tidak mendengarnya.
“Mbak….mbak lampu merah kok jalan terus?”Tanya lia.
Tetapi aku tidak mendengar dan terus berjalan.
Tiba-tiba ada polisi yang membunyikan peluitnya dengan lantang. Dengan rasa gugup aku dan sepupuku menghampirinya.
“Priiitttt….priitt..Berhenti dek! kamu ini bagaimana,apa kamu tidak melihat lampu merah disana?”Tanya pak polisi.
“Maaf,pak saya tidak melihatnya.”jawab ku
“Anu,pak!tadi saya itu mau belok ke barat pak.”ujar Lia
“Tidak mungkin! kami pikir saya bodoh?sudah-sudah keluarkan SIM,STNK,dan KTP mu.”jawab polisi dengan rasa kesal.
“Ketinggalan di rumah pak.”jawab lia dengan perasaan serba salah
“Kalau begitu kalian berdua saya tilang.Dan motor kalian sementara ditinggal disini.ujar pak polisi.”
“Kalau ikut sidang kira-kira berapa pak biayanya?”Tanya lia dengan perasaan kecewa.
“Rp.75.000.00-,”jawab pak polisi
“Kalau titip siding berapa pak?”tanyaku sambil melihat isi uang yang ada di dompetku.
“Rp.245.000-,”jawab pak polisi sambil menulis surat tilang.
“Apa tidak bias dikurangi pak?”ujar Lia dengan wajah penuh belas kasihan.
“Ya,sudah, kamu saya beri keringanan .Saya hapus 1 kesalahan kamu.bagaimana?”jawab pak polisi sambil menawarkan.
“Ya sudah pak,ini uangnya.”jawab Lia sambil menyodorkan uang kepada pak polisi.
“Kalau begitu,kami permisi dulu,pak terimakasih.”jawab ku sambil mengambil motor yang ada di halaman pos polisi.
Akhirnya kami pulang dan sampai sekarang kejadian ini tidak di ketahui oleh kedua orang tua kami.
SELESAI
Jumat, 05 Agustus 2011
pengelompokan komputer
Komputer Dikelompokan Berdasarkan :
I. Komputer Berdasarkan Data yang Diolah/ Sinyal Masukan
1. Komputer Analog
Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk menerima sinyal analog, biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan untuk data yang tidak berbentuk angka, karena data yang didapatkan adalah data yang bersifat gelombang. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan. Sebagai contoh, komputer ini digunakan untuk melakukan pengecekan suhu, penghitung aliran BBM pada SPBU, mengukur kekuatan cahaya, dan lain-lain. Komputer ini banyak digunakan untuk kegiatan ilmiah. selengkapnya...
2. Komputer Digital
Komputer ini merupakan komputer yang kebanyakan yang kita kenal. Data yang diterimanya adalah data yang sudah berupa data digital. Sedangkan fungsinya digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain. selengkapnya...
3. Komputer Hybrid
Merupakan komputer yang memiliki kemampuan dari komputer analog dan komputer digital. Komputer jenis ini diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan perkataan lain data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya. selengkapnya...
II. Komputer Berdasarkan Penggunaanya/ Tujuan Pembuatan
1. Special Purpose Computer
Special purpose computer berarti komputer untuk keperluan khusus. Komputer ini dirancang hanya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Perangkat yang ada pada komputer ini, baik komponen input, output, pemroses serta softwarenya telah dirancang untuk keperluan tersebut. Biasanya software yang mengendalikan proses sudah berada langsung pada sistem. Contoh dari Special Purpose Computer ini adalah komputer yang digunakan untuk kasir pada supermarket.
I. Komputer Berdasarkan Data yang Diolah/ Sinyal Masukan
1. Komputer Analog
Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk menerima sinyal analog, biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan untuk data yang tidak berbentuk angka, karena data yang didapatkan adalah data yang bersifat gelombang. Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan. Sebagai contoh, komputer ini digunakan untuk melakukan pengecekan suhu, penghitung aliran BBM pada SPBU, mengukur kekuatan cahaya, dan lain-lain. Komputer ini banyak digunakan untuk kegiatan ilmiah. selengkapnya...
2. Komputer Digital
Komputer ini merupakan komputer yang kebanyakan yang kita kenal. Data yang diterimanya adalah data yang sudah berupa data digital. Sedangkan fungsinya digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, huruf, tanda baca dan lain-lain. selengkapnya...
3. Komputer Hybrid
Merupakan komputer yang memiliki kemampuan dari komputer analog dan komputer digital. Komputer jenis ini diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, dengan perkataan lain data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya. selengkapnya...
II. Komputer Berdasarkan Penggunaanya/ Tujuan Pembuatan
1. Special Purpose Computer
Special purpose computer berarti komputer untuk keperluan khusus. Komputer ini dirancang hanya untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Perangkat yang ada pada komputer ini, baik komponen input, output, pemroses serta softwarenya telah dirancang untuk keperluan tersebut. Biasanya software yang mengendalikan proses sudah berada langsung pada sistem. Contoh dari Special Purpose Computer ini adalah komputer yang digunakan untuk kasir pada supermarket.
2. General Purpose Computer
Merupakan komputer yang dibuat untuk keperluan secara umum, sehingga komputer tersebut dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal Computer merupakan salah satu contoh dari kategori ini.
III. Komputer Berdasarkan Skala Kemampuannya
Berikut ini kategori komputer yang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memproses, baik dalam melayani user, pemrosesan aplikasi, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dalam banyak hal sekaligus pada saat bersamaan.
Small Scale Computer
Komputer skala kecil, merupakan komputer yang memiliki kemampuan proses dalam jumlah kecil. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer desktop atau komputer pribadi yang umumnya digunakan oleh satu orang pada satu saat.
Medium Scale Computer
Komputer untuk skala menengah. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mini, yang biasanya melayani penggunanya pada dumb terminal .
Large Scale Computer
Komputer untuk skala besar. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mainframe. Pada mesin tersebut dapat diakses beramai-ramai, dan sudah dilengkapi dengan perangkat dan software yang lengkap. Penggunaannya pun adalah untuk pengolahan perhitungan dengan kemampuan yang cukup
Merupakan komputer yang dibuat untuk keperluan secara umum, sehingga komputer tersebut dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan usernya. Personal Computer merupakan salah satu contoh dari kategori ini.
III. Komputer Berdasarkan Skala Kemampuannya
Berikut ini kategori komputer yang dilihat berdasarkan kemampuannya untuk memproses, baik dalam melayani user, pemrosesan aplikasi, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dalam banyak hal sekaligus pada saat bersamaan.
Small Scale Computer
Komputer skala kecil, merupakan komputer yang memiliki kemampuan proses dalam jumlah kecil. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer desktop atau komputer pribadi yang umumnya digunakan oleh satu orang pada satu saat.
Medium Scale Computer
Komputer untuk skala menengah. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mini, yang biasanya melayani penggunanya pada dumb terminal .
Large Scale Computer
Komputer untuk skala besar. Komputer yang termasuk ke dalam kategori ini adalah komputer mainframe. Pada mesin tersebut dapat diakses beramai-ramai, dan sudah dilengkapi dengan perangkat dan software yang lengkap. Penggunaannya pun adalah untuk pengolahan perhitungan dengan kemampuan yang cukup
rumit untuk diselesaikan oleh komputer medium dan small.
IV. Komputer Berdasarkan Ukuran/ Kapasitas
1. Microcontroller
Microcontroller memiliki semua peralatan pokoknya sebagai sebuah komputer dalam satu chip. Peralatan tersebut diantaranya adalah:* pemroses (processing)
* Memori,
* Input dan output
Kadangkala pada microcontroller ini beberapa chip digabungkan dalam satu papan rangkaian. Perangkat ini sangat ideal untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus, sehingga aplikasi yang diisikan ke dalam komputer ini adalah aplikasi yang bersifat dedicated. Jika dilihat dari harga, microcontroller ini harga umumnya lebih murah dibandingkan dengan komputer lainnya, karena perangkatnya relatif sederhana. Contoh alat ini diantaranya adalah komputer yang digunakan pada mobil untuk mengatur kestabilan mesin, alat untuk pengatur lampu lalu lintas. selengkapnya...
2. Microcomputer
Komputer ini khususnya digunakan untuk single-user, biasa disebut juga dengan komputer desktop atau komputer pribadi (personal computer). Komputer ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu berinteraksi dengan penggunanya. Penggunaanya sangat populer pada penggunaan di rumah, atau untuk menjalankan aplikasi bisnis. selengkapnya...
3. Engineering Workstation
Komputer ini lebih powerfull apabila dibandingkan dengan komputer pribadi, umumnya komputer ini digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dipakai oleh para ahli teknik dalam melakukan perhitungan dan penyelesaian pekerjaannya. Aplikasi yang digunakan lebih cenderung kepada software yang banyak melakukan berbagai perhitungan, baik secara tiga dimensi, maupun secara matematika lainnya. Contoh aplikasi yang digunakan untuk komputer golongan ini adalah CAD (computer aided design) yang digunakan untuk melakukan perancangan gambar teknik. selengkapnya...
4. Minicomputer
Komputer ini umumnya digunakan untuk banyak pemakai (multiuser) pada saat yang bersamaan, dan time shared. Time shared ini artinya memungkinkan komputer tersebut untuk digunakan oleh beberapa pemakai sekaligus secara bersama-sama, dan komputer akan membagi-bagi waktunya bergantian untuk masing-masing pemakai. Tentunya penggantian waktu layanan ini tidak terlalu terasa bagi pemakai, mengingat pembagian waktunya dihitung dalam waktu yang sangat sempit, atau dalam satuan perseribu detik, tergantung sistem yang digunakan.
Pelayanan pada penggunanya lebih dititikberatkan kepada proses, bukan terhadap interaksi pengguna komputer tersebut. Contoh komputer yang termasuk ke dalam golongan ini adalah IBM AS/400. Komputer ini lebih cenderung digunakan pada untuk suatu kelompok pengguna atau per departemen pada perusahaan besar.selengkapnya...
IV. Komputer Berdasarkan Ukuran/ Kapasitas
1. Microcontroller
Microcontroller memiliki semua peralatan pokoknya sebagai sebuah komputer dalam satu chip. Peralatan tersebut diantaranya adalah:* pemroses (processing)
* Memori,
* Input dan output
Kadangkala pada microcontroller ini beberapa chip digabungkan dalam satu papan rangkaian. Perangkat ini sangat ideal untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus, sehingga aplikasi yang diisikan ke dalam komputer ini adalah aplikasi yang bersifat dedicated. Jika dilihat dari harga, microcontroller ini harga umumnya lebih murah dibandingkan dengan komputer lainnya, karena perangkatnya relatif sederhana. Contoh alat ini diantaranya adalah komputer yang digunakan pada mobil untuk mengatur kestabilan mesin, alat untuk pengatur lampu lalu lintas. selengkapnya...
2. Microcomputer
Komputer ini khususnya digunakan untuk single-user, biasa disebut juga dengan komputer desktop atau komputer pribadi (personal computer). Komputer ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu berinteraksi dengan penggunanya. Penggunaanya sangat populer pada penggunaan di rumah, atau untuk menjalankan aplikasi bisnis. selengkapnya...
3. Engineering Workstation
Komputer ini lebih powerfull apabila dibandingkan dengan komputer pribadi, umumnya komputer ini digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dipakai oleh para ahli teknik dalam melakukan perhitungan dan penyelesaian pekerjaannya. Aplikasi yang digunakan lebih cenderung kepada software yang banyak melakukan berbagai perhitungan, baik secara tiga dimensi, maupun secara matematika lainnya. Contoh aplikasi yang digunakan untuk komputer golongan ini adalah CAD (computer aided design) yang digunakan untuk melakukan perancangan gambar teknik. selengkapnya...
4. Minicomputer
Komputer ini umumnya digunakan untuk banyak pemakai (multiuser) pada saat yang bersamaan, dan time shared. Time shared ini artinya memungkinkan komputer tersebut untuk digunakan oleh beberapa pemakai sekaligus secara bersama-sama, dan komputer akan membagi-bagi waktunya bergantian untuk masing-masing pemakai. Tentunya penggantian waktu layanan ini tidak terlalu terasa bagi pemakai, mengingat pembagian waktunya dihitung dalam waktu yang sangat sempit, atau dalam satuan perseribu detik, tergantung sistem yang digunakan.
Pelayanan pada penggunanya lebih dititikberatkan kepada proses, bukan terhadap interaksi pengguna komputer tersebut. Contoh komputer yang termasuk ke dalam golongan ini adalah IBM AS/400. Komputer ini lebih cenderung digunakan pada untuk suatu kelompok pengguna atau per departemen pada perusahaan besar.selengkapnya...
5. Mainframe
Pada tahap awal mulainya era komputerisasi, mainframe merupakan satu-satunya komputer yang ada pada waktu itu. Mainframe ini dapat melayani ratusan penggunanya pada saat yang bersamaan. Komputer ini mirip dengan minicomputer namun lebih besar dan lebih mahal. Penggunaannya umumnya untuk pengolahan data dari suatu divisi atau perusahaan besar, yang membutuhkan pengolahan yang cukup berat. selengkapnya...
V. Komputer Berdasarkan Generasi
1. Generasi Pertama
Generasi I, Tahun 1941, menggunakan tabung hampa, selengkapnya...
2. Generasi Kedua
Generasi II, Tahun 1948, menggunakan transistor, selengkapnya...
3. Generasi Ketiga
Generasi III, Tahun 1958, menggunakan IC (integrated circuit), selengkapnya...
4. Generasi Keempat
Generasi IV, Tahun 1980, menggunakan VLSI (Very Large Scale IC), selengkapnya...
5. Generasi Kelima
Generasi V, Tahun 2001, kemampuan pemrosesan paralel dan teknologi superkonduktor, selengkapnya...
6. Generasi Keenam
Generasi VI, (Masa Depan), biochip yang dibuat dari bahan protein sitetis, selengkapnya...
Perbedaan ROM dan RAM
Pada tahap awal mulainya era komputerisasi, mainframe merupakan satu-satunya komputer yang ada pada waktu itu. Mainframe ini dapat melayani ratusan penggunanya pada saat yang bersamaan. Komputer ini mirip dengan minicomputer namun lebih besar dan lebih mahal. Penggunaannya umumnya untuk pengolahan data dari suatu divisi atau perusahaan besar, yang membutuhkan pengolahan yang cukup berat. selengkapnya...
V. Komputer Berdasarkan Generasi
1. Generasi Pertama
Generasi I, Tahun 1941, menggunakan tabung hampa, selengkapnya...
2. Generasi Kedua
Generasi II, Tahun 1948, menggunakan transistor, selengkapnya...
3. Generasi Ketiga
Generasi III, Tahun 1958, menggunakan IC (integrated circuit), selengkapnya...
4. Generasi Keempat
Generasi IV, Tahun 1980, menggunakan VLSI (Very Large Scale IC), selengkapnya...
5. Generasi Kelima
Generasi V, Tahun 2001, kemampuan pemrosesan paralel dan teknologi superkonduktor, selengkapnya...
6. Generasi Keenam
Generasi VI, (Masa Depan), biochip yang dibuat dari bahan protein sitetis, selengkapnya...
Perbedaan ROM dan RAM
Read Only Memory (ROM), berfungsi untuk menyimpan pelbagai program yang berasal dari pabrik komputer. Sesuai dengan namanya, ROM (Read Only Memory), maka program yang tersimpan didalam ROM, hanya bisa dibaca oleh parapemakai.
Random Access Memory (RAM), merupakan bagian memory yang bisa digunakan oleh para pemakai untuk menyimpan program dan data.
ROM bisa diibaratkan sebuah tulisan yang sudah tercetak, dimana pemakai hanya bisa melakukan pembacaan data yang ada didalamnya tanpa bisa melakukan perubahan apapun pada tulisan yang ada. ROM biasanya berisi instruksi/program khusus yang bisa digunakan pemakai untuk memanfaatkan komputer secara maksimal.
RAM berfungsi untuk menyimpan program dan data dari pemakai komputer dalam bentuk pulsa-pulsa listrik, sehingga seandainya listrik yang ada dimatikan, maka program dan data yang tersimpan akan hilang. ROM menyimpan program yang berasal dari pabrik dalam bentuk komponen padat, sehingga tidak akan mengalami gangguan seandainya aliran listrik terputus. Isi RAM bisa dihapus oleh pemakai komputer, isi ROM tidak.
Secara pisik, RAM berbentuk seperti sebuah chip yang sangat kecil, dan saat ini mampu menyimpan data antara 8 MB hingga 32 GB. Apabila pemakai komputer ingin menambah kapasitas memory yang dimilikinya, pemakai tinggal menambahkan chip RAM pada tempat yang telah disediakan (chip-set).
Minggu, 24 Juli 2011
manusia dan kebudayaan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur pada tuhan yang maha kuasa dengan izin-NYA saya menyelesaikan makalah ini dengan judul “ ILMU SOSOIAL DAN BUDAYA DASAR ” Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing dan rekan-rekan sejawat yang telah memotivasi penulis sehingga selesainya makalah ini. Saya penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan kejanggalan. Oleh sebab itu saya tidak menutupdiri dari semua pihak untuk memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan ini bermanfaan bagi pembacadan khususnya bagi saya sendiri.
Ponorogo,..,...2011 Penyusun : Abdul Aziz BAB I MANUSIA DAN KEBUDAYAAN A.PENGERTIAN Bentuk kata dari budi dan daya berarti cinta, karsa dan rasa Bahasa sansekerta budayah bentuk jamak buddhi yang berarti budi atau akal Bahasa inggris berasal dari culture Bahasa belanda berasal cuituur Bahasa latin bersal dari colera E.B Tylor adalah pengetahuan; kepercayaan, kesenian moral, keilmuan, hukum adat istiadat R. Linton adalah kebudayaan dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang di pelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari Koentjaraningrat adalah seluruh sistem gagasan milik diri manusia dengan belajar Selo soemarjan soelaeman soemardji adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat Herkovist adalah begian dari lingkungan hidup diciptakan oleh manusia A.PERWUJUDAN KEBUDAYAAN Menurut : J.J honigman, dalam bukunya The word of man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact. Koentjaraningrat, digolongkan dalam tiga wujud yaitu: Suatu kompleks dari ide-ide,gagasan, nilai-nilai, norma dan peraturan Suatu kompleks aktivitas serta tndakan berpola dari manusia dalam masyarakat Benda-benda hasil karya manusia A. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA 1.Sestem pengetahuan Untuk memperoleh pengetahuan manusia melakukan 3 cara yaitu: Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial Berdasrkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simboliks 1) NILAI Adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat 2)PANDANGAN HIDUP Merupakan suatu pedoman hidup bangsa atau masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya 3)KEPERCAYAAN Lebih luas dari pada agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa 1)PERSEPSI (sudut pandang) Titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahaimi kejadian atau gejala dalam kehidupan 2)ETOS (Kebudayaan) ETOS berasal dari bahasa inggris yang berarti watak khas A.SIFAT-SIFAT BUDAYA Sifat-safat hakiki: Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia Budaya tidak akan mati dengan adanya generasi baru Budaya diperlukan oleh manusiadan terwujud dalam tingkah lakunya Budaya mencakup aturan yang berisi kewajiban, tndakan, yang diterima dan ditolak, yang diijinkan dan dilarang A.SISTEM BUDAYA Fungsinya adalah menata serta menetapkan tindakan dan tingkah laku manusia Unsur Pokok Kebudayaan o Bronislaw malinowski : sistem norma, organisasi ekonomi, alat lembaga pendidikan, organisasi kekuatan o Melville J. Hekovist : alat toknologi, sistem okonomi, keluarga, kekuasaan politik Jenis kebudayaan Kebudayaan material Kebudayaan non-meterial Dilihat dari dimensi A.MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN Menurut Supartono (dalam rafael raga maran,1999 ; 36) sebagai daya manusia. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, itelegensi, dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan fantasi dan perilaku. Kebudayaan ada karena manusia penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang di ciptakanya. (Dialektika Fundamenta) yang terdiri atas tiga tahap yaitu tahap eksternalisasi, tahap objektif, tahap internalisasi. Kebudayaan mempunyai peran sebagai berikut ; Hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya. Walau untuk menyalurkan perasaan dan kemampuan-kemampuan. Pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia. Pembeda manusia dan binatang. Petunjuk manusia untuk bertindak dan berperilaku dalam bergaul. Modal dasar pembangunan. A.PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN • Physical Environment • Cultural social Environment • Environmental Orientatiaon and Representation • Environmenal Behaviour and process • Out larries product A.PROSES DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN Kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejajar dengan perkembangan manusia itu. A.PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN 1. Pandangan hidup dan sistem kepercayaan 2. Perbedaan persepsi atau sudut pandang 3. Faktor psikologi atau kejiwaan 4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar 5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru 6. Sikap Etnosentrisme 7. Perkembangan IPTEK A.PERUBAHAN KEBUDAYAAN Ada tiga faktor yaitu ; • Prubahan lingkungan alam • Adanya kontak dengan suatu kelompok lain • Perubahan karena adanya penemuan BAB II MANUSIA DAN PERADABAN A.PENGERTIAN • Bierens De Hann Persaudaraan adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi dan teknik. kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari haasrat dan gairah yang berada diatas tujuan yang praktis hubungan masyarakat • Oswald spengl (1880-1936) Peradapan adalah kebudyaan yang sudah tidak tumbuh lagi mati. kebudayaan adalah wujud dari seluruh kehidupan adat, industrial filsafat dan sebagainya. • Prof.Dr.Koentjaraningrat Peradapan adalah bagian-bagian dari kebudayaa yang halus dan indah seperti kesenian A.HAKIKAT HIDUP MANUSIA Manusia dalam kehidpannya memiliki 3 fungsi sebagai makhluk tuhan, individu, dan sosial-budaya. mempunyai hakikat yang sama yaitu • Terwujud dan tersalurkan.lewat perilaku manusia. • Sudah ada sejak lahirnya generasi dan tatap ada setelah pengganti mati • Diperlukan manusia yang diwujudkan lewat tingkah laku. • Berisi aturan yang berisi kewajiban, tindakan yang diterima atau tidak , larangan, dan pantangan A.PERADAPAN DAN PERUBAHAN SOSIAL 1)Pengertian dan cakupan perubahan sosial • Wilbert moore memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial, pola perilaku dan imteraksi sosial • Selo soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakatkkan 1)Teori dan Bentuk perubahan sosial a.Teori sebab akibat (causation problem) • Analasis Dialektis Menelaah syarat-syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masysrakat. • Teori tunggal mengenai perubahan sosial Menerangkan sebab-sebab perubahan sosial atau pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab a.Teori proses atau arah perubahan sosial • Teori evolusi unilinier(garis lurus tunggal) Manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu (sederhana menjdi kompleks) • Teori multilinier Menggambarkan suatu metodologi didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa perubahan sosial atau kebudayaan didapatkan gejala keteraturan yang nyata dan signifikan BAB III MANUSIA SEBAGAI IDNIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A.INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1)Manusia sebagai makhluk masyarakat Bahasa latin, individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi, dalam bahasa inggris individu berasal dr kata IN dan DIVIDED, IN artinya tidak dan DIVIDED beartiterbagi jadi individu artinya tidak terbagi atau suatu kesatuan Individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia “perseorangan” atau orang seorang “ yang memiliki keiunikan 1)Manusia sebagai makhluk sosial Perilaku manusia dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi orang lain, faktor dan keinginan mendapat respons positif dari orang lain(pujian). diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (intersksi) dengan orang lain. ada kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain. potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. • Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkung hidup. • Ada 3 paham yaitu; PAHAM DETERNIMISME Tokohnya charles darwin, friederich ratzel dan elsworth huntington,determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, jadi alam yang menentukan A.PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI-CIRINYA Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya SOCIETY, sedangkan komunitas dalam bahasa inggrisnya COMMUNITY. masyarakat adalah kumpulan orang didalamnya hidup bersamadalam wktu yang cukup lama yang menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka. • Unsur masyarakat yang dikemukakan banyak ahli adalah • Kumpulan orang • Sudah terbentuk dengan lama • Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri • Memiliki kepercayaan (nilai), sikap dan perilaku yang dimilki bersama • Adanya kesinambungan dan ketahanan diri • Memiliki kebudayaan Pngertian masyarakat setempat (comunity) atau komunitas dan ciri-ciri • Menurut prof.dr.soerjono soekanto, istilah comunity dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat, menunjukan pada warga-warga sebuah desa, kota, suku atau suatu bangsa. • Masyarakat setempat (comunity) adalah suatu wilayh kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungn sosial yang tertentu. dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat. • Unsur dari komunitas adalah wilayh atau lokslisasi dan perasaan saling ketergantungan atau saling membutuhkan. • Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebut di atas disebut comunity sentiment, yang mempunyai unsur seperasaan, sepenanggunan dan saling memerlukan A.MASYARAKAT DESA DAN KOTA Desa ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hikuk pikuk keramaian,penduduknya ramah tamah, saling mengenal satu sama lain,mat pencaharian. penduduknya kebanyakan sebagai petani atau nelayan, mempunyai hubungan yang lebih erat. sistem kehidupannya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Kota ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayah yang luas, banyak penduduknya, hubungan tidak erat satu sama lain, dan mata pencaharian penduduknya bermacam-macam. Menurut soerjono soekanto, masyarakat desa dan kota mempunyai perhatian yang berbeda, khususnya pada keperluan hidup. di desa yang di utamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lainya diabaikan. lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan. Menurut ferdinand tonnies mengemukakan pembagian masyarakat dengan sebutan masyarakat GEMAINSCHFT dan GESELCHAFT. masyarakat genmainschft (paguyuban) adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainya PENUTUP Saya dapat menyelesaikan makalah tanpa hambatan yang berarti. Tiada gading yang tak retak tentunya penyusu makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Sekian atas presentasi dari semua pihak saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Ponorogo,...,...2011 Penyusun : Abdul Aziz
Kamis, 21 Juli 2011
JENIS-JENIS PEMBELAJARAN IPS
A. Pendahuluan
Dalam penerapan jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran IPS MI, guru mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dalam menumbuhkan aspek-aspek yang dimiliki peserta didik. Penerapan penilaian ini dapat membantu guru dalam mengetahui bidang-bidang yang dimiliki peserta didik.
Selama ini penerapan jenis-jenis pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru belum begitu maksimal. Oleh karma itu dengan adanya jenis-jenis penilaian tersebut guru dapat memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan kodisi saat ini dapat dilakukan dengan jenis-jenis penilaiaan ini.
B. Penerapan Penilaian Aspek kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, mengafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan meng evaluasi. Menuru Taksonomi Bloom (Sax 1980) adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. P & P dalam aspek kognitif merujuk kepada Dewey (1916) dan pemerhatiannya bahawa setiap insan mempunyai kapasiti untuk berfikir.Polson & Jeffries (1985) mengatakan pemikiran berkaitan secara langsung dengan kemahiran penyelesaian masalah.Ennis (1985, 1991) berpendapat pemikiran merupakan beberapa siri proses pemikiran secara logik.Galotti (1989) menyatakan terdapat dua jenis membuat keputusan kesan dari pemikiran, iaitu “formal reasoning” dan “everyday reasoning”.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntu untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan infomasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab akibat.Pada tingakan sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensitensiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalmya judgement terhadap hasil analisisi untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menunutut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Denagan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkan yang paling tinggi yaitu evaluasi.
C. Penerapan Aspek Psikomotor
Menurut Singer (1972) mata pelajaran yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik Magen berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang merncakup gerakan fisik dan keterampilan tengah. Keterampilan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau tugas kumpulan tertentu.
Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses belajar (unjuk kerja) berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau bias juga setelah proses belajar selesai.
Jenis tagihan dalam penilaian ranah psikomotor, dilihat dari caranya dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu penilaian kelas dan penilaian berkala. Penilaian kelas adalah penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan dengan cara mengamati setiap eserta didik di saat mereka sedang belajar., mengerjakan tugas dan menjawab stiap pertanyaan yang ditagih. Penilaian berkala atau ujian blok adalah penilaian yang dilakukan secara berkala, tidak terus menerus dan hanya pada waktu tertentu saja.
D. Penerapan Penilaian Aspek Afektif
Popham (1995), mengatakan bahwa ranah afektif menetukan keberhasilan belajar seseorang. Pengukuran ranah afektif dilakukan melalui metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri (Pengembangan Penilaian Afektif yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas).
Ranah afektif sangat menentukan keberhasialan seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima , yaitu menerima, merespon, menilai, Organisasi dan karakterisasi.
E. KESIMPULAN
Dengan adanya jenis-jenis penilaian, guru dapat mengukur kemampuan-kemampuan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat dilatih berfikir untuk melatih kemampuan-kemampuan berfikir yang dimilikinya.Oleh karna itu dengan adanya ketiga jenis- jenis ini guru dapat lebih kreatif dalam mengevaluasi siswa.
F. DAFTAR PUSTAKA
Paket 12,Penerapan jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran IPS MI
[1] Paket 12,Penerapan jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran IPS MI
[2]http://www.google.co.id/#q=Penerapan+Penilaian+Aspek+kognitif&hl=id&prmd=ivns&ei=ONoPTvmAKcfRrQfv8rCIBA&start=50&sa=N&fp=adc706435156e4d9&biw=1280&bih=554
[3] http://suaidinmath.files.wordpress.com/2011/01/30-juknis-penilaian-afektif__isi-revisi__0104.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)